Jika Aku Menjadi PCL #FullEpisode

Posted by Leila Husna On Selasa, 27 Mei 2014 0 komentar

Sebungkus kenangan spesial, untuk orang-orang yang spesial, di waktu dan tempat yang spesial pula. Sebuah cerita tentang kami, tim 46 PKL 53 (Ray-Risky-Nia-Leila), dari 1 sudut.

Jika Aku Menjadi PCL – Opening #Episode1

Jika Aku Menjadi PCL – Hari Pertama #Episode2

Jika Aku Menjadi PCL – Listing #Episode3

Jika Aku Menjadi PCL – Pencacahan #Episode4

Jika Aku Menjadi PCL – Unexpected Day #Episode5

Jika Aku Menjadi PCL – Hari Terakhir #Episode6

Jika Aku Menjadi PCL – Closing #Episode7

Jika Aku Menjadi PCL – Summary #SpecialEpisode

Dan untuk segala cerita yang berkaitan dengan PKL, check this out

Cerita tentang kami, dari sudut yang berbeda, check this out

Happy reading! :D

L's

Memori mundur ke belakang, berhenti di satu titik, tepat dimana takdir menuntun kita untuk bertemu. Dari yang sebenarnya terjangkau tapi tak saling kenal, hingga yang sama sekali tak terjangkau dan tak pernah terbayangkan akan saling mengenal, Allah mempertemukan kita, disini, di PKL 53, di sebuah desa bernama Nambah Dadi dan Ono Harjo, Kec. Terbanggi Besar, Kab.Lampung Tengah :)

logo PKL 53
Biar kata orang tempat kita terpencil. Biar kenyataannya pun demikian terpencil. Biar tempat kita katanya banyak begal. Biar kenyataannya pun demikian rawan. Biar jam 6 malem udah harus “digiring ke kandang”. Biar jalanannya licin bletok-bletok luar biasa. Biar jalanannya bergelombang mendul-mendul udah persis kayak naik odong-odong. Biar mau ke alfamart harus lompat ke kecamatan sebelah. Biar tempat wisatanya cuma sawah dan irigasi. Biar sekalinya ada plaza tapi lebih mirip kayak pasar Jatinegara. Biar sekalinya ada karaoke tapi ternyata hanya sebuah cafe dengan soundsystem di bagian luar (outdoor), dimana kalo kita nyanyi, seantero Tapus denger semua. Biar hiburannya cuma chibi maruko chan. Biar kenyataannya demikian, demikian, dan demikian. Tapi bisa dipertemukan dengan orang-orang gila, segila tim 46, hingga orang-orang luar biasa baik, sebaik keluarga pak Kesmi, itu sudah cukup. Seriously, enough :') Karena bahagia itu tidak harus ditempatkan di tempat mewah dengan fasilitas-fasilitas yang mewah pula. Karena bahagia itu sederhana. Karena bahagia itu bersyukur. Dan semudah itulah Allah menyenangkan hati kami. Meninggalkan jejak-jejak tawa di setiap sudut Ono Harjo dan Nambah Dadi. Tempat yang kemungkinan untuk kembali kesana hanya 0,0000 sekian persen. Tempat yang mempertemukan kita dengan orang-orang luar biasa yang kemungkinan untuk bertemu kembali hanya 0,0000 sekian persen. Meski demikian, sama dengan apa yang yang terjadi kemarin, hari ini, dan lusa, kita tidak pernah tahu. Kita boleh  berkemungkinan, kita boleh bicara peluang, tapi urusan takdir, siapa yang tahu.. Jika takdir menuntun kita untuk bertemu kembali, kita akan bertemu, InsyaAllah.


video by Risky


L’s


...

2 Mei 2014

Sepanjang perjalanan di bis dari pelabuhan menuju Otista, aku tidur lelap seperti biasa, nggak usah heran lah ya. Jam 4 pagi kita udah sampe di depan STIS. Dengan mata masih sayup-sayup, turun dari bis dengan menenteng koper dan sekresek besar keripik pisah, duh malu juga. Perjalanan pulang kali ini terbilang cepat, jika dibanding dengan bis lain yang bahkan ada yang baru sampe STIS ketika matahari udah bersinar terang.

Selama jalan kaki 5 menit dari STIS ke kos, bayanganku udah kasur, kasur, dan kasur. Mata udah nggak kuat pengen merem lagi. Pengen rebahan, pengen tidur pokoknya. Semuanya masih baik-baik saja, hati masih riang gembira, sampai tibalah di satu momen, tepat disaat membuka pintu kamar kos. Deg. Selama 1 menit cuma bisa berdiri di depan pintu tanpa berkutik untuk beranjak walau 1 langkah pun. Ini nggak salah kamar kan ya?

Aku berjalan perlahan, menyusuri setiap sudut kamar kos. Mataku langsung tertuju ke kasur. Sprei merah muda yang berubah warna menjadi kuning seperti bekas air yang mengering. Di sudut ruangan ada tumpukan 3 kardus didalamnya berisi buku dan di atas kardus juga ada buku, catetan, dan segala macemnya. Aku pegang buku-buku itu, dan basah. Aku lihat tumpukan catatan dan dokumen di sebelah printer, basah juga. Kertas IP, sertifikat-sertifikat, fotokopian KK, Ijazah, basah dan mblobor semua. Aku perhatikan printerku. Kardus di bawah printer udah letoy kayak habis kebanjiran, kertas yang ada di dalam printer juga basah, foto keluarga yang ku taruh di atas printer udah mblobor, lalu printerku? Langsung lemes. Aku cek daerah alat tulis, dan di dalam gelas tempat alat tulisnya pun ada airnya. Sarung flashdisk-ku mblobor, kalo gitu berarti flashdisknya? Makin lemes. Aku buka kardus setrika, dan alas setrikanya udah nempel sama kardusnya yang basah. Makin makin lemes lagi.

Kamar yang tadinya ku tinggal dalam keadaan rapi tiba-tiba berubah jadi kapal pecah. Berserakan buku-buku dan kertas-kertas basah dimana-mana. Detik itu juga rasanya pengen nangis. Kamarku.. 2,5 tahun aku tinggal disini, nggak pernah sama sekali kerembesan air, eh begitu ku tinggal 12 hari ke Lampung malah kerembesan T.T

Badan rasanya udah bener-bener nggak karuan, capek badan, capek pikiran. Aku singkirin semua buku yang ada di atas kasur. Sebodo amet mau jadi apa buku dan alat elektronikku nanti. Yang terjadi nanti biarlah terjadi nanti. Aku mau tidur. Titik. Dan akhirnya aku bener-bener tertidur di atas sprei merah muda yang menguning dengan buku-buku basah di sekitarku. Bisa gitu ya? Nyatanya bisa. Nyenyak pula -__-

Bangun-bangun, lihat ke sekeliling. Sepi. Berantakan. Nggak ada Nia. Nggak ada dek Rinka. Nggak ada suaranya Kak Ray dan Risky yang teriak-teriak ngebangunin kita dari luar. Iya, tiap pagi biasanya selalu begitu. Biarpun sebenernya aku sama Nia udah bangun, kita sengaja pura-pura tidur di dalam kamar biar kak Ray ngomel-ngomel. Padahal pas kak Ray ngomel-ngomel, aku sama Nia malah jogetan di dalam kamar sambil tertawa tanpa suara. Kalo kak Ray makin ngomel, kita makin puas hahaha. Itulah kenapa kita panggil kak Ray dengan sebutan Ibu atau Bu Mun (Mun dari kata Mundus, Raymundus). Karena biasanya yang ngomel-ngomel pagi-pagi itu Ibu-Ibu, muahaha. Tapi sekarang itu cuma sebatas memori. Kenyataannya aku sekarang disini, sendirian, di dalam kamar yang berserakan buku-buku basah.

Seharian ini aku cuma tiduran, beres-beres kamar yang baunya udah nggak karuan naudzubillah, tiduran lagi, dan begitu seterusnya. Makan? Sama sekali nggak tertarik. Seharian ini cuma makan satu kali. Heran? Sama. Aku juga heran kenapa seorang Leila nggak tertarik makan :| Entah ya, mungkin karena masih shock, trus capek, ditambah lagi karena kangen masakan Bu Kesmi. Iya, biasanya ke dapur udah ada makanan. Tapi sekarang harus keluar nyari makan sendiri. Ah, kangen sama Bu Kesmi. Kangen sama suara beliau.

"Ayo makan, makan kok harus disuruh-suruh dulu"
"Nggak makan lagi? Ibu nggak pernah ngebatasi kalian makan 3 kali. Kalian mau makan 4 kali atau 5 kali pun juga nggak papa, nggak usah malu-malu"
"Besok Ibu mau masak ini, kalian doyan nggak?"

Dan ada 1 kata-kata yang selalu Ibuku tanyakan tiap kali pulang kampung, tiba-tiba disini denger kata-kata itu lagi dari Bu Kesmi. "Kalian pengen makan apa? Duh masakan apa lagi ya yang belum Ibu masakin buat kalian?" Tepat disaat bu Kesmi bilang begitu, aku langsung inget sama Ibuku yang selalu tanya "Lela pengen makan apa? Makanan apa lagi ya yang belum Ibu masakin?" :') berasa pulang kampuuuung.

Atau saat bu Kesmi terus-terusan beliin kita camilan, pempek, es krim, coklat, dll, lalu aku sama Nia protes ke Bu Kesmi "kok dibeli-beliin terus bu?" dan bu Kesmi menjawab "Nggak papa, kapan lagi Ibu makan-nin kamu-kamu ini" Nyesss, Ibu.... :'

Bahkan setelah aku udah sampe Jakarta pun bu Kesmi masih sms "jangan lupa makan, biar maghnya nggak kambuh lagi" Duh Ibu.... Bener-bener ngerasa punya 2 Ibu sekarang (3 Ibu kalo Bu Mun diitung). Nggak sabar pengen cerita panjang lebar ke Ibuku tentang betapa baiknya Bu Kesmi. Pasti Ibu akan cemburu, tapi rasa syukur Ibu pasti jauh lebih besar :'D

Ngomongin masalah makan, jadi inget salah satu kejadian ini :
Risky : Ini sayur apa ya yang diluar tudung saji?
Aku : Nggak tau, ambil aja
Risky : *menuangkan sedikit sayur dan banyak kuah ke dalam piring berisi nasi* ini seriusan masih enak kan ya sayurnya? Kok ditarus diluar gini? Cobain dong le
Aku : Enak, enaaaaak. Nggak mau ah, coba aja sendiri
Risky : Ih cobain laaaah
Aku : Ya udah, sini. *nyobain sesendok kuah* *langsung berlari menuju wastafel* hoeeek
Risky : Kenapa le? Basi?
Aku : Bukaaan. Ini bukan sayur, ini rendaman sayur mentaaaaaaah! Aaaaa, mulutku terkontaminasiiii *heboh*
Risky : Nasiku lebih terkontaminasi le. Ini aku ambil kuahnya banyak banget :(
Nia : Dimakan pakdee. Jangan dibuang, ntar dikira Bu Kesmi kamu nggak doyan masakannya.
Leila : Iya, dimakan tuh
Risky : Tapi...tapi... *pada akhirnya dimakan juga dengan muka masam wakakaka*
Pelajaran hari itu : jangan makan makanan apapun diluar tudung saji.

Ah kalo inget kejadian-kejadian di Lampung, antara pengen ketawa dan sedih juga karena sekarang kita udah tinggal masing-masing. Udah nyoba nonton chibi maruko chan pun rasanya beda. Tetep lucu sih, tapi kalo nontonnya nggak sama tim 46 itu kayak ada yang kurang :| Yah, tapi mau gimana lagi, pada akhirnya semua cerita tentang PKL 53 tinggalah kenangan yang nggak akan mungkin untuk diulang. Tapi semua bertambah. Yang tadinya nggak ada cerita, tiba-tiba ada cerita. Yang tadinya nggak saling kenal, sekarang jadi kenal dan udah kayak keluarga kedua. Yang tadinya Ibu cuma 1, sekarang nambah 2. Bapak juga nambah 1. Pakde nambah 1 juga (Si Risky. Kenapa? Karena dia selalu manggil aku sama Nia dengan sebutan "nduk" udah kayak orang tua, dan saat nyacah dia sering banget dipanggil "om" sama responden, beda sama aku dan Nia yang selalu dikiran anak SMA, hihihi). Nambah 1 mbak juga (si Nia. Kenapa? Karena dia lahir 5 hari lebih cepat dari aku). Nambah 3 sodara juga : mbak Meda, mas Krisna, sama dek Rinka. Dan 1 ponakan yaitu si Heni, yang tingkahnya selalu jadi sumber kontaminasi kita. Ah, kangen sama masa-masa itu. Duh ketauan deh, masih belum bisa move on dari PKL :3

Terlepas dari semua itu, lagi-lagi kenyataannya aku sedang sendiri disini, di dalam sebuah kamar dengan buku-buku dan kertas-kertas basah berserakan. Printer? Alhamdulillah setelah dicoba ternyata nggak kenapa-napa. Setrika, flashdisk, dan perangkat elektronik lainnya alhamdulillah masih bisa. Tapi ada satu barang yang terlewat di cek dan baru sadar rusak begitu mau dipake. Modem. Iya, aku baru sadar ternyata modemku rusak tepat setelah aku isi pulsa 70ribu. Nyesek? Banget. Tapi ya udahlah. Dibanding dengan semua nikmat mulai dari awal PKL sampe PKL selesei, cobaan modem ini nggak ada apa-apanya dan nggak seharusnya menghancurkan mood yang udah tumbuh dengan sangat amat baik selama PKL :) 

Dan sayangnya, cerita tentang PKL pun berakhir disini (eits belum deng, masih ada pengolahan dll mehehe. cerita tentang menjadi PCL maksudnya hehe *diprotes anak pengolahan*). Tapi cerita tentang kami, tim 46, belum berakhir, dan semoga tidak akan berakhir. Insya Allah, aamiiiin :)

Terima kasih untuk Bu Mun, Pakde, sama Mbak. Tanpa kalian, nggak akan ada cerita se-gila ini :D
Terima kasih untuk Pak Kesmi, Bu Kesmi, mas Krisna, mbak Meda, dek Rinka, dan Heni. Semoga kebaikan Bapak dan sekeluarga dibalas oleh Allah, aamiiin :)
Dan terima kasih untuk kalian yang mau-maunya ngebaca cerita sepanjang ini. Terima kasih sudah menjadi back-up memori kami :)

dari kiri ke kanan : kak ray - nia - aku - risky
sumber gambar


Cerita ini bukan fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu bukan kebetulan semata dan memang ada unsur kesengajaan. Dan jika ada aib yang terbongkar mohon dimaafkan :)
Ya puuun.

- The End -

L's

Jika Aku Menjadi PCL – Hari Terakhir #Episode6

Posted by Leila Husna On Senin, 26 Mei 2014 0 komentar


...

1 Mei 2014

"Pagi ini...pagi terakhir bagi kita ~"
Entah kenapa dari semalam berdenging lagu itu mulu di kepala. Duh, sedih. Pada akhirnya hari ini datang juga. Hari dimana kita akan dideportasi ke Jakarta :|

Sebelum pulang, kita jalan-jalan dulu ke Ono Harjo. Bukan jalan-jalan sih sebenernya, mau pamitan sama kepala dusun, sama bu carik, dan sama bapak angkatnya Nia. Sayang bapak angkatnya Nia nggak ada di rumah, jadi nggak ketemu deeeeh.

Di rumah kepala dusun, kita minum teh panas lagi cuy, kali ini kita bener-bener liat dengan mata kepala sendiri bagaimana air yang baru saja mendidih di atas kompor langsung dituangkan ke gelas berisi daun teh :o Lomba minum teh panas lagi untuk kesekian kalinya ~

Pulangnya, kita mampir beli es krim (lagi) dan beli lem untuk ngelem 2 sepatu yang jebol (lagi) -___-
ngeskrim lagi ~
Setelah makan es krim, kita langsung pulang ke rumah. Selama perjalanan, nggak ada hentinya mata ini merekam setiap sudut jalan dalam ingatan. Entah kapan kita akan kembali kesini. Mungkin peluangnya cuma 0,0000 sekian persen. Ah, sedih..

Sampai di rumah, kita beres-beres. Membereskan apa-apa yang belum beres. Koper dan eiits, dokumen jangan lupa cuy. Harta benda kita yang paling berharga saat ini. Bisa nangis berjamaah kalo sampe ketinggalan.
kardus "46 Ray", berisi kuesioner, peta, dll
harta benda paling berharga
Setelah semua beres, kita pamitan sama pak Kesmi sekaligus menyerahkan uang akomodasi dll. Pak Kesmi awalnya cuma diem sambil memegang amplop. "duh gimana ini ya, hmm". Kita udah deg-degan, duh jangan-jangan kurang nih. Makin deg-degan saat pak Kesmi membuka amplop, mengeluarkan uangnya dan lagi-lagi bilang "duh gimana ini ya, hmm". Ampuuun, firasat udah nggak enak ni. Tapi semua firasat itu sirna ketika pak Kesmi mengambil beberapa lembar uang yang ada di amplop lalu mengembalikannya ke kami "Ini, buat beli minum kalian nanti di jalan" *speechless*. Mau bagaimanapun kita tolak, pak Kesmi tetep nggak mau nerima uang itu dan dikembalikan ke kita.

"Kalian ini udah Bapak anggap anak sendiri. Bapak juga sedih kalian mau pulang. Tapi Bapak yakin, nanti InsyaAllah, kalau memang kita ditakdirkan untuk bertemu, kita akan bertemu lagi. Entah disini atau dimana, bahkan mungkin saat kalian udah jadi orang sukses."

Nyessss, pengen nangis :'( Nggak nyangka seperti itulah perasaan pak Kesmi ke kami :'

...

Jam 2 siang, kita dijemput angkot. Tapi sebelum itu kita pamitan lagi sama Pak dan Bu Kesmi, sekalian foto-foto sama beliau. Kita baris sambil salim satu persatu, udah kayak sungkeman orang nikah -___-

Bapak dan Ibu Kesmi
Sebelum pulang, ibu ngasih kenang-kenangan bros ke aku sama Nia. Kata Ibu, "ini ada bros dari Rinka. Rinka malu mau ngasih ke kalian" Duuuuh dek Rinkaaa, makasih banyak loooh, maaf kita nggak ngasih apa-apa :( Kalo dikasih Risky aja gimana dek, mau? :D *langsung dimasukin mesin cuci sama Risky*


Dan akhirnya kita meninggalkan rumah Pak Kesmi, rumah yang selama 10 hari ini udah kita anggep layaknya rumah sendiri. Rumah yang mempertemukan kami dengan keluarga sebaik keluarganya Pak Kesmi :'

***

Kami naik ke dalam angkot dan bergerak menuju Masjid Istiqlal, di depan "Plaza" Bandar Jaya. Tapi sebelum itu kita jemput tim HART dulu.

Sampai di masjid Istiqlal, kita ketemu sama anak 53 area Lamteng lainnya dengan kulit bukan sawo mateng lagi tapi udah kayak biji sawo. Oh ternyata bukan kita doang yang gosong, syukurlah hahaha.

Setelah solat Ashar, kita naik ke bis masing-masing dan siap melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan. Detik itu juga, semua cerita kita tentang Lampung Tengah usai ditutup dan bersiap kembali menuju realita : KULIAH. Oh my God why... jangan ingatkan saya tentang itu.

Selama perjalanan, aku sama Nia nggak ada henti-hentinya bilang "kampret" begitu nglewatin salah satu jalan raya di Bandar Lampung yang gemerlap fasilitas ala kota banget, di sepinggir jalan berjejer Mall, KFC, Pizza Hut, dll. Bedaaaaaaa banget sama pemandangan di Lampung Tengah yang mau ke alfamart aja harus lompat ke kecamatan sebelah :/

Sebelum ke pelabuhan, kita mampir dulu ke pusat oleh-oleh Yen-Yen. Disitu udah kayak orang kalap borong keripik pisang banyak banget. Dijual lagi bisa kali ya :p


Sampai di pelabuhan, kita naik kapal dengan interior yang berbeda dengan kapal saat kita menuju Lampung dulu. Kita naik ke deck 7 yang bentuknya udah macem kayak di cafe. Disana, lagi-lagi kita nonton chibi maruko chan! Ampuuuun, mau diulang berapa kali pun tetep nggak pernah bosen kalo nonton film ini. Tapi entah ya, mungkin beda kesan kalo nontonnya bukan sama tim 46, mungkin. who knows..

Bersambung...

L's

Jika Aku Menjadi PCL – Unexpected Day #Episode5

Posted by Leila Husna On Minggu, 25 Mei 2014 0 komentar


...

29 April 2014 - Jalan Jalan Meeeeen!

Hari ini adalah 1 dari sekian hari yang paling dinanti. Harinya jalan-jalan meeeeen! Bahkan dari awal, dari listing belum dimulai pun kita udah menghayal pengen kesana pengen kesini pengen foto disana pengen foto disini, tapi semua hayalan itu buyar ketika kata-kata ini muncul dari salah satu mulut "iya, nanti ya, dikelarin dulu listing sama pencacahannya", oke fiks. Setidaknya itu bisa jadi salah satu motivasi kita buat semangat ngelisting dan nyacah. Kalo udah ngerasa nggak sanggup nyacah, radar di kepala langsung tuing-tuing ngasih message"nggak kelar, nggak jalan-jalan!" daaaan semangat yang tadinya udah merah kayak hape lowbat tiba-tiba penuh kembali. Ini juga alasan kenapa si Risky suka banget bikin target. "Iya nanti kita per hari listing 50 rumah tangga ya. 3 hari kelar deh listingnya.", "Bisa lah ini nyacah 3 hari, jadi besok Minggu kita bisa mancing deeeh." dan berbagai target-target lainnya yang pada akhirnya gagal maning gagal maning. Yaaah, tapi lumayan lah ya, karena ada target, kita jadi punya arah. Meskipun pada akhirnya : target tak seindah kenyataan -___-

Pagi ini kita kedatangan Tim HART (Haiban, Atang, Resti, Tere) dengan wajah-wajah kelaparan. Stok camilan yang nggak pernah tersentuh pun akhirnya langsung habis seketika begitu mereka datang. Usut diusut, ternyata mereka dateng kesini dengan perut kosong alias belum sempet sarapan, eelaaaah pantes -.-

Kita main kartu sebentar sambil nunggu motor yang lagi dipake pak Kesmi. Setelah itu gantian kita yang main ke rumahnya tim HART.
perjalanan ke rumah Tim HART
Setelah mereka sarapan, kita lanjut jalan-jalaaaaan meeeeen! Sempet bingung juga mau kemana, sampai akhirnya si Dana mengusulkan untuk karaoke di sebuah tempat wisata bernama Tapus.  Dana denger dari  emm entah reponden entah orang rumahnya, yang intinya di Tapus ada tempat karaoke seharga 10ribu. Iya, 10ribu! Pikiran pertama yang terbesit begitu denger angka 10ribu adalah : itu bukan karaoke ramang-remang kan yaaaaaa? -__- Dan kita pun kesana.

Sebelum masuk ke area wisata, kita bayar karcis dulu 5ribu rupiah. Begitu masuk, isinya cuma kolam semacam kolam pancing gitu, sepetak lahan yang baru ditanami buah naga yang pohonnya masih kecil banget, kantin, sama ayunan, selebihnya cuma lahan kosong dan pondokan-pondokan. Sejujurnya bingung juga itu tempat wisata apa, nggak jelas soalnya, karaokenya pun juga nggak jelas ada di sebelah mana. Kita udah keliling berkali-kali nggak nemu juga tempat karaoke. Hell-o, masa iya kita bayar 5ribu cuma buat ayunan? -___- Sampai akhirnya kita baru sadar bahwa yang dimaksud karaoke oleh warga sana adalah nyanyi di sebuah cafe atau kantin dengan soundsystem di teras depan, yang mana kalo kita nyanyi maka seantero Tapus bakal denger semua. Oh my God why... Masa iya kita kudu nyanyi outdoor dengan suara menggema kemana-mana??? Aku sih no, aku nggak siap yaa dapet fans dadakan -____-

Merasa dibohongi, kita pun keluar dari Tapus (Tapus ---> Tak Apusi (Aku bohongi)). Oke fiks, pada akhirnya uang 5ribu kita emang cuma buat ayunan. cukup tau.

Atas usul si Dana (lagi), kita move on ke Plaza Bandar Jaya. "Ya udah kita ke plaza aja yuk, nyari Inul Vista atau tempat karaoke gitu di dalem plaza." okeeee, tarik maaaaaaang ~

Begitu sampai sana, speechless. Jadi ini yang mereka sebut plaza? Serius ini yang mereka sebut plaza? Iya sih, namanya emang plaza, tapi...tapi...tapi...kok bentukannya lebih mirip pasar Jatinegara? Oh my God why... Kalo ini sih mana ada Inul Viztaaaaa? Duuuuh, hayalannya Dana ketinggian, jadi pas jatuh sakitnya bukan main. Patah hati dua kali deh.

Btw, selama perjalanan tadi si Atang naik motornya pelaaaaaaan banget, kirain karena terlalu nikmatin perjalanan atau pengen berlama-lama sama Resti, eh taunya karena remnya blong wkwk, dia pun ketinggalan di belakang. Nah pas kita udah nyampe "Plaza", dapet kabar dari Atang kalo roknya si Resti nyangkut di rantai motor. Astaghfirullah. Dana sama Tere langsung nyusul mereka. Untuuuuuung si Atang jalannya pelan-pelan jadi mereka nggak jatuh, cuma sobek aja roknya Resti. Tere pun langsung bergegas nyari rok baru buat Resti. Fisiknya Resti aman sih, tapi psikisnya itu sih yang lebih mengkhawatirkan, trauma lah ya pastinya. Duh, hari ini ada aja cobaannya :[

Setelah dikecewakan oleh dua tempat yaitu tapus dan plaza, akhirnya kita dapet 1 tempat yang yaaaah lumayan lah ya. Sebuah cafe yang design interiornya cukup kece, lumayan buat nongkrong sambil ngeskrim. Lagi-lagi kita makan eskrim!

Dari cafe kita lanjut ke swalayan, kalo ini beneran swalayan, yaaah macem mini market gitu sih, tapi agak gedean.  Sebenernya mau nyari keripik pisang buat oleh-oleh, tapi karena stok keripiknya tinggal yang rasa asin, yaaah nggak jadi beli deh, kita kan mau keripik yang rasa-rasaaaa.
*asin kan juga rasa lel*
iyee basing -.-

Sorenya, seperti yang aku ceritain di post sebelumnya, kita ngelarin 1 revisit. Malemnya kita menggila main kartu sampe jam 12. Kali ini yang kalah dikasih bedak di mukanya. Dan ini adalah penampakan muka kita yang udah mirip kayak punakawan - semar gareng petruk bagong-

ini bukan maskeran yeee, ini bedaaak ~~
30 April 2014 - Bad Day

Kata Julias, hari ini dosen mau berkunjung ke tempat kita. Tapi ternyata dosen nggak jadi kesini, yang ada kitanya yang disuruh kesana, ke posko Terbanggi Besar. Alhasil berangkatlah kita kesana. Eh bukan kita deng, tapi kak Ray dan Risky aja. Karena motornya cuma satu, yang satu lagi dipakai Pak Kesmi.

Risky sama kak Ray pergi ke posko dari pagi sampe jam setangah 2 siang. Lama bingiiiit. Si Nia aja sampe khatam 3 FTV, sedangkan aku udah ngebolang sendiri ke Karang Endah nyari rumah temennya Bapakku, sampe nyasar-nyasar pula -__-

Begitu Kak Ray sama Risky pulang, muka mereka udah nggak enak banget diliat. Mukanya sepet semua. Aku sama Nia yang nggak tahu apa-apa langsung kena getahnya. Tiba-tiba marah-marah nggak jelas lah, pandangannya nggak enak lah, pokoknya udah kayak orang lagi PMS. Usut diusut ternyata mereka lagi banyak cobaan hari itu.

Yang pertama : ban motor bocor.


Yang kedua : nyaris kena tilang karena Risky nggak pake helm, yang pake helm cuma kak Ray. Kenapa pake helmnya cuma satu? karena emang cuma ada 1 helm doang, dan kata si Julias nggak papa naik motor dengan 1 helm, eh taunyaaaa kena tilang, eh nyaris kena deng. Kenapa nyaris? The power of PDA. Pak Polisi yang awalnya marah-marah tiba-tiba luluh begitu ngeliat si Dana pakai seragam PDA, buahahaha.
Perjuangan mendapatkan foto ini :
Pak Polisi : kamu ngapain foto-foto?
Dana : Nggak pak, ini saya lagi sms bapak saya 
#gubrak muahahahaa

Yang ketiga : kuesioner kita dikeroyok sama banyak dosen. Yang lain itu cuma dicek 1 atau 2 kuesioner, nah giliran tim kita dicek semua kuesioner, dan ngeceknya itu telitinya luar biasa, kesalahan yang nggak kasat mata pun terdeteksi, uwoooow.

Nah karena 3 hal itu, pulang-pulang mood mereka hancur berkeping-keping. Nyaris aja rencana kita untuk jalan-jalan hari ini batal. Iya, hari ini rencananya kita mau keliling BS masing-masing, mau foto-foto. Dari dulu tiap lewat sawahku (re: sawah yang ada di BS ku) selalu mupeng foto. FYI separuh dari BS ku adalah sawah. Luaaaas banget sawahnya. Tapi kata Risky "iya, nanti kalo udah selesei nyacah kita foto disana". Saat hari yang ditunggu tiba, eeeh mereka malah bad mood. Tapi untungnya kita tetep jadi dooong jalan-jalan, yah meskipun satu jam lagi matahari terbenam tapi lumayan lah, lumayan buat menggila foto-foto. Dari sini keliatan banget siapa yang ahli selfie. Siapa lagi kalo bukan si Risky ~ Lihat aja, hampir 80% foto selfie kita, sepertiga sampe setengah bagiannya adalah muka si Risky yang amat menonjol di depan, wakakaka. Di-crop atau di-blur bisa lah ya ~

Btw, foto selfie kita banyak banget looooh, niatnya mau ikutan lomba foto #53lfie edisi PKL di twitter, tapi apa daya, sinyal susaaaaaah. Boro-boro upload, bisa update status aja udah alhamdulillah :3

Foto di sawahku ~

 Foto di irigasi belakang BS nya Niaaa ~

Malamnya (lebih tepatnya malam terakhir), seperti malam-malam sebelumnya kita cuma bisa stay di rumah. Kalo kerjaan si Risky sih teteeeep, nelponin anak-anak 53 bernomor IM3. Dan ini dia beberapa cuplikan percakapan mereka 

Risky : Haloo A, gimana *blablabla*
Si A : Eh bentar ya ky, lagi foto nih, kita lagi di alun-alun
Risky : ...

Risky : Kalian lagi apa ni sekarang? (jam 8 malem)
Si B : Ini mau jalan-jalan ~
Risky : ...

Risky : Kalian lagi apa?
Si C : Habis karokean nih
Risky : Eeee..karokeannya...di room atau outdoor? *trauma sama Tapus*
Si C : Di room lah ~
Risky : ...

Dari semua data percakapan telpon yang kita kumpulkan pada malam itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir semua orang memanfaatkaan malam terakhir PKL mereka dengan jalan-jalan. Sedangkan kita? Jangan ditanya.

Entah, mungkin bu Kesmi bisa ngebaca suasana hati kita kali ya, hari itu bu Kesmi ngehibur kita dengan bikin acara bakar-bakaran! Bukan bakar rumah, bukan. Bukan bakar kak Ray, Risky, atau Nia, bukan. Taaapi, bakar IKAN! Yeay! Dan yaang lebih spesial lagi adalah ikan-ikan ini hasil dari pancingan pak Kesmi :D Waaah luar biasa lah ya keluarga ini. Kalo gini sih ikhlas deh nggak jalan-jalan, yang ini lebih quality time cuy! :D

Setelah bakar-bakar ikan, atas usul Risky kita main susun huruf dengan sampah stiker listing yang sengaja nggak kita buang dan dikumpulin. FYI, tim kita ini hobinya ngumpulin sampah. Dari mulai sampah rafia sampai sampai stiker hihihi. Alhamdulillah akhirnya terpakai juga sampah kita :D

sumber foto stiker : copas dari blog Risky
Malam ini aku sama kak Ray udah tepar duluan. Nia sama Risky entah tidur jam berapa, mereka begadang nulis diary. Iya, satu lagi kebiasaan tim kita, nulis diary tiap malam di notebook PKL nya si Risky tentang kejadian-kejadian yang terjadi dalam satu hari. Itulah kenapa bahkan setelah 1 bulan berlalu, aku masih bisa posting sepanjang ini. Iya, karena ada contekannya, jadi nggak lupa, mehehehe.

Naaah,  untuk menutup hari ini, marilah kita dendangkan sebuah lagu "malam ini....malam terakhir bagi kita ~". Tarik maaaaaaang ~ hayoo jempolnya ditahan, ditahan... jangan goyang :v

Bersambung...

L's

Jika Aku Menjadi PCL – Pencacahan #Episode4

Posted by Leila Husna On Sabtu, 17 Mei 2014 0 komentar


...

25 April 2014 - Pencacahan Hari Pertama

Pagi ini aku sama Nia jadi pengangguran, sedangkan kak Ray nemenin Risky ngelarin listing, masih ada beberapa rumah yang harus direvisit cuy.

Nah setelah listingnya selesai, kita mulai bagi-bagi 10 kuesioner pekerjaan dan 5 kuesioner usaha untuk pencacahan di blok sensusku. Masing-masing orang dapet jatah 3-4 kuesioner yang dibagi secara acak, jadi nggak boleh milih, biar adil ~ mehehe. Aku dapet jatah 4 kuesioner, dan salah satu respondennya itu...duh, kenapa bapak ini kepilih sampel T.T Di postingan sebelumnya aku cerita kan ya kalo ada responden yang nggak mau ditemui dan temennya bilang kerjaan kita ini kayak kerjaan anak TK? Nah, responden itu terpilih sampel guys :o Dan apesnya, aku yang bertugas untuk nyacah di rumah itu, oh nooooooo -____-

Jam setengah 11 kita menuju blok sensusku. Ngetag rumah responden yang terpilih sampel itu mana aja. Ngecek juga ada respondennya atau nggak, kalo ada bisa langsung dicacah, kalo nggak ada bisa ditanyain pulangnya jam berapa dan bikin janji, karena untuk pencacahan ini harus wawancara sama orangnya langsung, nggak boleh diwakili sama bapaknya, ibunya, atau anaknya, apalagi tetangganya.

Setelah ngecek 4 rumah, hasilnya nihil. Nggak ada satupun yang ada di rumah. Emm, ada sih, satu responden. Itu pun aku datengi ke tempat kerjanya, karena aku tahu kalo siang gini si bapak pasti lagi nukang. Dan yep, bener, si bapak itu lagi nukang di rumah temennya.  Seneng banget akhirnya dapet responden pertama.

A : Pak, dalam seminggu ini berarti bapak kerja sebagai tukang bangunan ya pak?
R : Iya, tapi ini cuma sambilan. Kerjaan saya ya tani, ya sawah saya sendiri ya saya garap sendiri. Nukang ini cuma sambilan doang.
A : Oh, petani padi gitu ya pak. Nah itu hasil panennya dijual atau untuk makan sendiri pak?
R : Ya makan sendiri mbak, buat makan aja masih kurang, masa mau dijual.
A : Oh gitu, iya pak. Emmm, terus pak, emmm.. *mikir* *baca kuesioner, kalo dikonsumsi sendiri berarti "stop"* emmm, udah pak itu doang tanyanya hehehehe.
R : Lho, itu doang? tadi katanya mau tanya-tanya banyak?
A : Hahaha, nggak jadi pak. Bapak sih padinya dimakan sendiri, jadi stop deh pak tanya-tanyanya mehehehe. *malah nyalahin bapaknya*

Haha merasa aneh banget, tiba-tiba berhenti di awal gitu :/

Jam setengah 12 kita balik ke rumah. Siang ini nggak dapet apa-apa. Reponden baru pada bisa ditemui nanti sore. Jadi siang ini kita bener-bener nganggur nggak ada kerjaan. Dan untuk pertama kalinya kita bisa boci alias bobo ciang. Dan emang dasarnya dikasih ati minta rempelo, sekalinya dikasih boci eh bablas sampe bocor (re: bobo core). Bangun-bangun kaget udah jam 4 aja. Aturan jam 4  udah cus ke blok sensusku, eh ini baru bangun. Duh pak kortim kayaknya trauma ngasih kita waktu boci muahaha. Ampun pak kortim.

Hari ini mau nggak mau kita nrabas jam malem. Padahal harusnya jam 6 kita udah harus digiring ke kandang, udah harus masuk rumah, karena kalo malem itu rawan, banyak begal mangkal. Tapi mau gimana lagi, kalo kita nggak nrabas ntar kita nggak dapet data doooong. Kalo slogan kakak tingkat dulu sih "lebih baik pulang tanpa nyawa daripada pulang tanpa data" wuidiiiih, horor bener ye? Yaa kita nggak sampe segitunya juga sih, masih sayang sama nyawa kok, tapi tetep lah, kalo masih bisa diusahain, kenapa nggak? ;)

Jam 5 kita berangkat. Responden pertama yang ku datangi adalah istri dari bapak tukang bangunan yang tadi. Istrinya kerja juga, jadi harus kita data. Nah berhubung tadi Ibunya masih dagang di pasar dan pulangnya sore, makanya baru bisa ditemui sore ini. Okeh, kita mulai pencacahannya. Buka kuesioner dan ups, kuesioner usaha. Duh, niatnya mau pemanasan sama kuesioner pekerjaan, ternyata keluarga Ibu itu kena sampel Usaha. Pertanyaan-pertanyaan di awal masih enak nanyanya, begitu masuk ke bagian hari kerja selama setahun, omzet, modal, pengeluaran, duh seriusan bingung. Mau nanya aja bingung. Pertanyaannya jelas sih, yang susah itu gimana caranya aku menanyakan pertanyaan yang ada di kuesioner dengan bahasa yang mereka mengerti,  itu yang susah. Udah ku tanya dengan berbagai pendekatan, tapi jawaban Ibunya kurang ngena. Ibunya bingung, aku nya makin bingung. Alamaaaaak. Ini baru responden pertama, tapi udah stres duluan.

Responden pertama Risky lebih super, kena sampel usaha sama pekerjaan, jadi respondennya ditanyai 2 kuesioner sekaligus. Awal-awal masih enak nanyanya, lama-lama jawabannya makin nggak jelas. Ditanya apa, jawabnya apa, kadang cuma diem, bingung, dan mungkin udah mabok sama pertanyaan-pertanyaan di kuesioner usaha kali ya. Bapaknya bingung, Risky makin bingung. Begitu aku ulangi pertanyaannya dengan bahasa Jawa, eeeeh dijawab sama Bapaknya :o Ealah pak, ternyata bapaknya lebih ngerti kalo ditanya pake bahasa Jawa :3

Saking lamanya kita di rumah respondennya Risky, begitu keluar rumah baru nyadar kalo udah gelap. Seriusan gelap. Nggak ada lampu sama sekali. Mana daerah situ masih banyak pohon-pohon, belakangnya sawah. Seriusan horor.

Lanjut ke rumah responden selanjutnya dengan muka lurus ke depan. Nggak berani tengok-tengok kanan kiri, saking seremnya daerah disitu kalo malem hari. Responden selajutnya adalah responden yang dulu nggak mau keluar nemuin kita dan temennya ngatain kerjaan kita kayak kerjaan anak TK. Untuuuung banget, si bapak itu nggak kena cacah, yang kena cacah cuma istrinya, untung juga istrinya baik banget. Kita ditawari makan, bahkan ditawari nginep disitu kalo nggak berani pulang. Ada beberapa percakapan sama Ibu itu yang cukup bikin Risky kesedak pas lagi minum.

A : Bu, tadi kita habis dari rumah pak X, nah jalanan di depan rumahnya pak X itu gelap banget ya bu, nggak ada penerangan sama sekali.
R : Iya, disitu serem dek. Kita kalo nyebutnya jalan keramat. Sebelah kirinya itu bekas rumah korban pembunuhan. Jadi dulu ada begal yang masuk rumah itu. Bapaknya disuruh nyerahin barang berharga. tapi Bapak itu bilang kalo nggak punya, padahal emang beneran nggak punya. Begalnya nggak percaya, terus dibacok deh bapak sama anaknya. Nah sebelah kanannya itu habis ada orang meninggal, belum lama ini sih, baru seminggu.
A : ...

*speechless*

Seriusan kita langsung merinding.

Dan dari Ibu itu juga kita tahu kalo mulai hari ini dan selama 7 hari ke depan, setiap habis magrib, seluruh bapak-bapak di kampung ini pada tahlilan. Iye, tahlilian di rumah responden yang kemarin baru aja meninggal itu. Dan kalian tau apa artinya? Artinya, kita akan makin susah untuk ketemu responden. Pagi ke sawah, siang di sawah, sore masih di sawah, magrib tahlilan. Baru bisa ditemui jam 10 malem. Seluruh bapak-bapak ya, bukan cuma 1-2 orang aja. Dan bener, pas udah keluar dari rumah Ibu itu, ketemu kak Ray sama Nia, mereka juga ngeluh kalo sulit ketemu responden, rata-rata udah pada berangkat tahlilan. Jadi hari ini baru dapet 8 dari 15 rumah tangga. Disini baru ngerasain, lebih enakan listing ketimbang nyacah. Emang sih beban listing per orang bisa sampe 88 bahkan 100 lebih rumah tangga, tapi kan kalo listing nggak harus ketemu sama orangnya langsung, bisa diwakili sama anggota rumah tangga lain yang tau, dan pertanyaannya pun cuma data dasar. Nah kalo nyacah, harus musti kudu ketemu langsung sama orangnya, pertanyaannya berat dan banyak pula. Duh.

Karena nggak ada lagi yang bisa kita temui, kita pun balik. Dan itu ngebut. Soalnya kalo nyetirnya pelan-pelan takutnya ntar ada yang nyegat. Nah lo.

***

26 April 2014 - Pencacahan Hari Kedua

Hari ini kita move on dari blok sensusku ke blok sensusnya Risky. Di blok sensusnya Risky jarang yang bisa ditemui. Tapi ada 1 rumah tangga yang terdiri dari 4 pekerja (ampuun deh, itu pertama kalinya kuesioner pekerjaan ku lengkap terisi semua sampai belakang).  Ku pikir itu yang paling sulit ditemui, eh nggak taunya itu yang paling gampang dicacah. Justru yang pekerjanya satu-satu doang yang susah ditemui. Entah udah berapa kali aku bolak-balik ke rumah-rumah itu, tetep aja nggak pulang-pulang orangnya. Sampe bosen ngelewatin jalan yang itu mulu, sampe hafal kalo lewat jalan yang itu pasti ada anak-anak kecil yang manggil "cicuiiiit, ceweeeeek". Ampuuuun, baru kali ini di-cicuit-cicuit-tin sama anak kecil, duh anak kecil jaman sekaraaang -___-


salah satu foto pencacahan
salah dua foto pencacahan
Jam 5 sore aku sama kak Ray makin sering bolak-balik dari rumah 1 ke rumah yang lain. Aku masih kurang 2 responden. Bolak-balik mulu ke 2 rumah itu. Sampe akhirnya 1 dari 2 responden itu bisa ditemui. Aku bahkan belum ngetuk pintu udah dibukain sama Ibunya, saking seringnya aku bolak-balik ke rumah itu. Di rumah itu kita disuguhi teh yang airnya luar biasa panas, kayaknya baru turun dari kompor. Disitu kita balapan minum teh panas. Nggak lama, si Nia sama Risky nyamperin kita, dan akhirnya kita berempat balapan minum teh panas hahaha.

Niatnya habis ini kita mau lanjut ke blok sensusku, nemuin responden yang kemarin nggak bisa ditemuin. Tapi karena hujan, jadi batal kesana. Kalo hujan jalannya licin banget soalnya, blethok-blethok pula. Motornya si Risky aja bisa ngepot muter 150 derajat. Flatshoes ku pun udah berubah jadi wedges tanah liat. Dan kalo sepatu udah jadi tebel berlumpur gitu, paling seneng kalo liat rumput. Duuuh, rumput tetangga lebih hijau *sambil nggesek-nggesekin sepatu ke rumput*.


Respondenku yang sampai jam 6 malem nggak bisa ditemui pun akhirnya dihandle sama kak Ray. Kak Ray sama Risky jam 7 malem jalan kaki kesana dengan bermodal senter doang. Senter pun masih belum bisa menembus kegelapan, widiiih, luar biasa gelapnya bung, katanya.

Oh iye, hari ini ada beberapa cerita :

1. Hari ini korwil kita, si Julias, dateng buat numpang makan buat ngasih sesuatu dan ngecek, sekalian ngikut kita nyacah.

2. Hari ini kita makan es krim *dan ini adalah awal dari es krim-es krim selanjutnya*.

3. Hari ini kita makan buah coklat. Iyep, si Risky sama Nia minta dikasih buah coklat sama responden. Akhirnya aku jadi anak gaul, setelah sekian lama diolok cupu karena nggak pernah makan buah coklat :3 Beruntung banget si Julias, dateng pas kita punya buah coklat. Tapi dia kurang beruntung untuk masalah es krim hahaha. Jadi awalnya itu kan kita tanya sama bu Kesmi, tempat beli es krim yang paling dekat itu dimana. Nah kata bu Kesmi, tempatnya lumayan jauh. Trus si Nia bilang "Yaaaah, padahal Mundus lagi nyidam es krim bu" (Mundus = panggilan sayang Nia buat kak Ray wkwkwk). Padahal yang nyidam itu kita, entah kenapa malah kak Ray yang dijadiin tumbal haha. Trus tanpa sepengetahuan kita, bu Kesmi keluar beli es krim buat kita, duuuh kita jadi nggak enak, baik banget Ibunyaaaaa. Nah Ibu nggak tau kalo si Julias bakal dateng, jadi Ibu cuma beli 4 buat kita doang, si Julias nggak dapet deh wakakaka.) 


4. Hari ini jilbab sama bajunya Nia cetar banget warnanya, shocking pink. Kelebihannya, dari radius 100 meter bisa ditebak dengan tingkat kepercayaan 99% kalo itu pasti Nia, wakakaka. Salam damai ye Nia ^^v

5. Hari ini kita juga dapet penegasan yang lumayan bikin bete. Ternyata petani makanan pokok yang hasil panennya dikonsumsi sendiri tetep dilanjut pertanyaannya, nggak stop-stop doang kayak kemarin. Duuuh, harus balik lagi deh ke beberapa rumah, termasuk rumah pak tukang yang kemarin. Malu juga pas bilang sama pak tukang itu "paaak, maaf pak mau tanya-tanya lagi, ternyata yang kemarin nggak jadi stop pak, hehehe".

Malemnya, semua pada tepar. Tinggal aku doang yang masih melek ngoreksi kuesioner sampe jam 12. Dan dari ketiga orang itu nggak ada yang beres tidurnya. Yang satu tidur sambil ngemut permen, yang satu tidur dengan posisi duduk dan masih pake bawahan mukena, yang satu lagi tidur di atas lantai semen dengan muka menghadap ke keset. Oh my God.


Mata udah tinggal 5 watt tapi harus ngebangunin 3 orang yang udah pules. Kalo Nia mah, nggak usah dibangunin udah bangun sendiri dia. Nah kalo si Risky, duh, susahnya bukan main. Si Risky ini gampang tidur tapi susah bangun. Bisa bangun cuma kalo denger bunyi hape. Apesnya malam itu SOS, nggak ada sinyal, jadi nggak bisa nelpon hape dia. Mending bangunin kak Ray dulu. Kalo kak Ray ini gampang tidur, gampang bangun. Tiba-tiba tidur sendiri, tiba-tiba bangun sendiri. Cukup ku panggil-panggil namanya aja udah bisa bangun. Begitu bangun, mulutnya konyal kanyul ngemut permen, dengan mata masih merem dia ngomong "kok permenku belum habis ya". Setelah itu dia berdiri, dengan mata masih merem dia ngebangunin si Risky, ditendang-tendang tuh si Risky sampe bangun hahahaha. Malem-malem ketawa sendiri ngeliat kelakuan duo cowok di timku, ckckck.  Duh, timnya siapaaaa itu ~

***
27 April 2014 - Pencacahan Hari Ketiga

Hari ini sebenernya kita mau mancing sama pak Kesmi, tapi karena beban pencacahan kita masih banyak, ya udah deh nggak jadi :|

Setelah kak Ray dari gereja, kita move on ke blok sensusnya Nia yang super banget. Kenapa super? Karena 4 kuesionerku langsung kelar dalam sekejap. Nggak pake revisit-revisitan. Kebetulan banget semua respondennya ada, jadi enak. Beda sama si Risky yang kurang beruntung dapet responden yang 1 keluarga nggak ada semua di rumah. Karena tepat setelah dilisting, 1 keluarga itu pergi ke tempat sodaranya yang lagi ada hajat. Udah 5 hari ini nggak pulang, bahkan sampai hari terakhir pun belum pulang. Yaaah, non respon deh jadinya :3

Hari ini untuk pertama kalinya kita ke alfamaaaaaaart :D Setelah lompat ke kecamatan sebelah dengan melewati 3 desa, akhirnya nemu juga yang namanya alfamart, ampuuun.


Sekalinya ketemu alfmart, yang dibeli duo cowok ini adalah parfum, sunscreen, porepack. Oke fiks. Sama eskriiiiim buat kita berempat :9 Nah sepanjang di kasir, duo cowok ini, terutama si Risky, hebohnya bukan main begitu ada pertambahan harga. Do'i cuma bawa uang 60ribu, sedangkan habisnya 80ribuan lebih (kita selama pencacahan, dompet emang sengaja ditinggal, jadi bawa uang seperlunya aja). Untung Nia bawa uang lebih, kalo ngaaaaak, alamat cuci piring, eh emang ada?? hahaha. Pokoknya hebohnya kita itu udah macem orang desa yang baru pertama kali belanja di mini market. Nggak akan ada yang percaya kalo kita ini dari Jakarta yang tiap berapa meter sekali ada alfamart indomaret. Kelakukan, kelakuan, ckck. Timnya siapaaaaa ituu ~
ber-porepack ria sambil ngeskrim
Jam 5 sore kita menuju ke blok sensus ku lagi. Menyelesaikan yang dari kemarin masih aja nggak bisa ditemui.

Ada 1 cerita tentang Risky. Jadi dia itu dari kemarin bolak-balik mulu ke rumah salah satu reponden. Sampe akhirnya hari itu mereka dipertemukan. Udah bahagia banget tuh si Risky, udah duduk di ruang tamu, udah ngeluarin kuesioner, udah perkenalan basa-basi segala macem, eh ternyataaaaa...

Risky : Jadi ini dengan pak X kan ya?
Responden : Lhoh, saya bukan pak X, saya pak Y. Pak X itu tetangga saya. *JEDER! kilat menyambar seketika itu pula (kalo di sinetron sih efeknya begitu muahaha)

Ternyata salah rumah sodara-sodaraaaa seperjuangan setanah air. Harusnya pak X itu di rumah dengan BF 24, tapi karena tulisanku jelek jadi si Risky salah baca, dia bacanya BF 21. Wakakaka. Terus selama ini dia ngapain bolak-balik mulu ke rumah itu?? Muahahahaa.

Oh iye, hari ini kita balapan minum teh panas lagi, plus sama daun-daun tehnya pula. Luar biasa. Pulang-pulang makin sehat aja kita wakaka.

Malemnya, sambil ngoreksi kuesioner, sambil rebutan penghapus, kita nonton chibi maruko chan. Entah udah berapa kali putaran nih, diulang-ulang mulu chibinya. Nah gimana lagi, hiburan kita cuma itu sih hahaha. Makin terkontaminasilah kita. Duh, Chibinya siapaaaa ituuuu ~

28 April 2014 - Pencacahan Hari Keempat

Hari ini kita revisit-revisit lagi. Menemui responden-responden yang susah bingit ditemui. Dan alhamdulillahnya hari ini khatam juga nyacahku. Bahagia sumprit :') Aaah, foto dulu lah yaaa sama responden terakhir ~

Oh iye, hari ini giliran sepatunya Nia yang jebol. Duh, medan kita hobi banget njebolin sepatu orang. Sepatuku aja hampir jebol lagi. Bawa dua sepatu dan dua-duanya letoy diterjang batu dan lumpur -___- Motor juga udah nggak karuan bentukannya, butuh dimandiin nih kayaknya..


Malemnya, dan seperti malam-malam sebelumnya, kerjaan si Risky selain nonton chibi adalah nelponin cewek orang yang pake nomer m3. Dari situ kita tau cerita-cerita tim-tim lain, ada yang bikin ngiri, ada pula yang bikin bersyukur, dalam artian masih ada yang lebih parah dari kita. Si Tere aja sampe dilempar gas loh sama responden, oh my Goooood :o

29 April 2015 - Pencacahan Hari Kelima

Hari ini kita masih ada beberapa responden yang musti direvisit. Ada respondennya kak Ray yang dari hari pertama pencacahan susah banget ditemui. Pulangnya magrib dan habis itu langsung tahlilan. Nah hari ini kita udah bikin janji sama responden jam setengah 6 sore. Tapi sorenya kak Ray sama Risky nggak muncul-muncul, udah setengah 6 padahal. Kita cek rumah depan, dan ternyata mereka ketiduraaaaan! Kita udah bawa kunci serep tapi percuma, pintunya dikunci dari dalem dan kuncinya nyantol, jadi nggak bisa dibuka dari luar. Duh. Kita gedor-gedor pintu depan, pintu samping, jendela, sampai akhirnya mereka bangun dan itu udah nyaris magrib. Kita langsung cuuss ke rumah responden. Sampai disana, alhamdulillah repondennya belum berangkat tahlilan, tapi nyaris berangkat. Telat 1 menit aja mungkin besok kita harus revisit lagi -___-

Dan taraaaaaa... akhirnya kelar juga pencacahan kita, terharu :')


Oh iye, hari ini timnya Dana yaitu tim HART (Haiban, Atang, Resti, Tere), main ke tempat kita lhooo.


Setelah itu gantian kita yang main ke tempat mereka, terus dilanjut jalan-jalan deeeeh. Naaaaah, mau tau seperti apa serunya jalan-jalan ala tim 46 dan tim HART?? Saksikan di episode selanjutnya ya! See yoooooou :D

Bersambung ... *pending dulu sampai setelah UTS yeee hehehe*


L's

Jika Aku Menjadi PCL – Listing #Episode3

Posted by Leila Husna On Kamis, 15 Mei 2014 0 komentar


...

22 April 2014 - Listing Hari Pertama

Hari ini kita mulai listing, mendata seluruh anggota rumah tangga di blok sensus masing-masing. Berangkat jam setengah 8 dengan kondisi jalan yang masih berkabut. Sekali lagi, setengah 8 dan masih berkabut. Pantesan jam masuk sekolah disini jam 8 pagi, lha wong jam setengah 8 aja masih kabut.

Sebelum mulai terjun listing di blok sensus masing-masing, kita keliling blok sensus dulu untuk melihat ulang batas-batas segmen dan menentukan mulai listingnya dari rumah yang mana, menuju rumah yang mana, berakhir dimana. Sekalian ijin sama pak RT juga.

Urut dari blok sensus yang paling dekat, kita keliling-keliling dulu di blok sensusnya Risky. Sepanjang keliling, si Risky enak banget men-judge "ah ini rumah kosong" "ini juga rumah kosong" karena saking sepinya rumah-rumah disana. Maklum, desa kita itu mayoritas petani, jadi jam setengah 8 kondisinya udah sepi, udah pada ke sawah semua.

Setelah dari bloknya Risky, kita menuju blok sensusku. Kita keliling-keliling dan lanjut ke rumah Pak RT (tapi ternyata rumahnya Pak RT sepi, nggak ada orang. Udah pada ke sawah). Harusnya setelah ini kita lanjut keliling di blok sensus Nia, tapi karena udah jam setengah 9, jadi kita putuskan untuk langsung mulai listing.

Listing pertama kita lakukan bareng-bareng di blok sensus-ku. Kita pun menuju ke rumah responden pertama. Dan tara...nggak ada orang. Lanjut ke rumah kedua. Wih, seneng bingit ada orangnya, seorang nenek-nenek yang sedang menjemur singkong di halaman rumah. Langsung deeh keluarin bolpen dan dokumen listing. Tapi, tepat di saat kita mau mendekat ke arah nenek-nenek itu, tiba-tiba aja nenek itu naik motor, ngebonceng gitu, dan pergi begitu aja. Rasanya kehilangan responden pertama yang pergi begitu saja tepat di depan mata bahkan tanpa sempat menyapa dan berkata-kata itu...hmm...stiker mana stiker, tiba-tiba laper pengen makan stiker.

Setelah mendatangi 3 rumah, akhirnya dapet responden juga. Awalnya mau listing bareng-bareng sampe 3 rumah tangga pertama, tapi karena hari makin siang, 1 responden aja udah cukup lah ya buat pemanasan. Kita pun berpisah disini. Kak Ray nganterin Nia ke Ono Harjo, Risky balik lagi ke blok sensusnya. Dan akhirnya, aku kayak anak ilang sendirian di desa orang. Oke fiks. Lanjut listing ke rumah selanjutnya. Target Risky sih hari ini dapet 50 rumah tangga. Bisa? Kita lihat saja nanti ~

3 jam muterin segmen 01, aku cuma dapet 11 rumah tangga, itu pun 2 rumah masih non respon termasuk rumah si nenek-nenek yang hilang di depan mata tadi. Jadi, data bersihnya sih baru 9 rumah tangga yang terlisting. 3 jam = 9 rumah tangga, masih yakin hari ini bisa dapet 50 rumah tangga? Kita lihat saja nanti ~

Sesuai kesepakatan, jam 12 kita break dulu, balik ke rumah untuk Ishoma. Jam setengah 2 lanjut listing lagi sampe jam setengah 6 (sebelum gelap kita udah harus sampe rumah). Hasilnya, hari pertama listing berhasil mendatangi 3 dari 6 segmen, tapi baru dapet 27 rumah tangga. Dari 3 PCL (aku, Nia, Risky) nggak ada satupun yang tembus angka 30. Target Risky gagal, dan ini adalah awal dari kegagalan-kegagalan target Risky selanjutnya :v (bocoran : entah apapun yang ditargetin sama Risky, nggak ada satupun yang tercapai. Kita jadi anti kalo Risky udah ngomong masalah target. Cukup ky, cukup, jangan target-targetan lagi)

Kendala listing di hari pertama :

1. Semua respondennya orang Jawa. Jadi nggak berasa kayak di Lampung, malah berasa pulang kampung. Selama listing, ngedata responden pake bahasa Jawa terus. Tapi beberapa responden hanya bisa bahasa Jawa kasar, mereka bilang bahasa Jawaku terlalu halus, jadi mereka nggak begitu ngerti *toeeeng*. Tapi tetep aja sih aku tanyain pake bahasa Jawa halus, tapi aku sisipin bahasa Jawa kasar untuk beberapa kosakata yang nggak mereka ngerti. Aneh soalnya kalo ngomong bahasa Indonesia sama orang Jawa, orang tua pula. Tambah nggak sopan juga kalo aku ngomong pake bahasa Jawa kasar. Dilema lah pokoknya. Ini namanya pertentangan batin orang Jawa, nyahahaha. Nah bagaiman nasib Risky (bukan orang Jawa, tapi Kalimantan)? Wassalam.

2. Sepatu jebol. Entah saking jeleknya jalan atau saking jauhnya jalan dari satu rumah ke rumah yang lain. Untung bawa lem alteco, kalo nggak...bisa-bisa listing sambil nyeker :3


Kondisi jalan di blok sensusku cuy, masih banyak pohon-pohon, udah macem hutan aja. Sendirian pula listingnya :3

3. Responden ngarep bantuan. Entah kenapa konsep penduduk disini, kalo disensus berarti mau dapet bantuan. Udah berapa kali pun dijelasin kalo ini cuma PKL, ini cuma tugas kampus, tapi teteeeep aja mereka ngiranya mau dapet bantuan.

4. Ada beberapa responden yang susah ditemui karena pada ke sawah. Ada yang kayak nenek-nenek tadi yang hilang di depan mata. Ada yang baru mau nyapa udah ditutup pintunya karena dikira sales. Ada yang sampai ku data di pinggir jalan, itupun setelah aku lari-lari ngejar ibunya yang mau ke posyandu, nggak mau kehilangan responden di depan mata lagi untuk kedua kalinya.

5. Ada kandang kelewat cacah di awal segmen, si Nia juga ngalamin hal yang sama. Dan kata Risky "kalo aku sih teges, ulangi." Aaaah kam-to-the-preeeet, kalo ini sih namanya kandang setitik rusak segmen sebelanga T.T Tapi alhamdulillahnya setelah ku cek lagi, itu bukan kandang, tapi masih bagian dari rumah hahahaha, salah liat ternyata mataku. Alhamdulillah nggak jadi nyorat-nyoret stiker listing :D (sedikit bocoran, ternyata besoknya si Risky juga ada yang kelewat cacah gitu, lalu aku sama Nia langsung kompakan bilang "kalo aku sih teges, ulangi!" muahahaha. Makan tuh kata teges :p)

5. Baru nyadar kalo jalan yang di peta beda banget sama kondisi sebenarnya. Di peta ada 3 gang, padahal aslinya ada 4 gang. nah lo. Di peta, batas segmen 4 itu perempatan yang ada tempat usahanya. Sedangkan di kondisi sebenernya, ada perempatan tapi nggak ada tempat usaha di sekitar sana, yang ada cuma gardu. Ada sih tempat usaha, tapi di pertigaan, bukan perempatan. Nah lo. Setengah jam bolak balik muterin jalanan segmen 4 yang jauhnya luar biasa. Kepala udah kliyengan, kaki udah nggak kuat jalan, udah lemes banget rasanya. Dokumen listing sampe berjatuhan di tanah, serius. Sampe-sampe ditanyain sama warga "ngapain mbak muter-muter terus daritadi? Nyari rumahnya siapa?" "nggak kok pak, cuma bingung sama peta nya aja pak". Disitu bener-bener kayak bocah ilang yang tersesat nggak tau jalan. Sampai akhirnya Risky sama kak Ray dateng buat jemput.

Malemnya kita koreksi lagi data listingnya. Biar nggak stres, kita nonton chibi maruko chan, haha. Satu-satunya obat stres yang bikin kita makin stres, makin terkontaminasi, makin aneh karena suka ngikutin gayanya chibi yang aneh-aneh hahaha. Uulala~ uulala~

Oh iya, saat listing tadi ada percakapan sama responden, nenek-nenek yang lagi duduk di depan rumah, yang emm..gimana ya...baca sendiri aja lah ya. Percakapan aslinya pake bahasa Jawa, tapi ini udah ku translate.
(R = Responden, A = Aku)

A : mbah, yang tinggal di rumah ini siapa aja?
R : saya sama bapak
A: yang lain mbah? anak?
R : nggak punya *mata berkaca-kaca*
A : oh, maaf mbah. Mbah, untuk pengeluaran sehari-hari, yang menafkahi siapa mbah? Bapak?
R : bapak sudah nggak ada
*lhoh tadi katanya tinggal sama bapak, kok sekarang bilang bapaknya udah nggak ada, yang bener mana coba*
A : lhoh, terus mbah sama siapa dong tinggalnya?
R : sama anak
*duh maaaak, apa pula ini, tadi katanya nggak punya anak, kok sekarang...*
A : emm, terus anaknya sekarang dimana mbah? namanya siapa mbah anaknya?
R : di ladang. namanya ****
A : oh di ladang. umur anaknya berapa ya mbah?
R : nggak tau
A : oh, emm, kalo mbah namanya siapa? trus umurnya brapa?
R : *****, umurnya 110
*110?? shock*
A : mbah, itu anaknya kerja di ladang sendiri atau buruh di ladang orang mbah?
R : nggak tau. duh, kaki saya sakit *sambil pegang kaki*
A: emm, maaf mbah, ya udah kalo gitu anaknya kira-kira pulang jam berapa ya?
R : iya
A : pulang jam berapa mbah anaknya?
R : iya
A : nanti sore udah pulang mbah?
R : iya
*duh ini mbahnya kok lama-lama serem ya, nggak fokus gitu*
A : emm, ya udah nanti saya kesini lagi aja mbah
R : iya
A : permisi mbah
R : iya

Dan pas aku cerita sama Nia, komentarnya dia adalah "Le, itu kamu cek nggak kakinya napak atau nggak?". Kampreeeeeet.

Ada juga responden yang welcome banget, trus pas mau pulang dikasih wejangan

R : nanti kalo udah selesei PKL, ke Bandar Lampung ya
A : kenapa emangnya pak?
R : cari cowok Lampung
A : ...

Siangnya pas aku balik lagi ke rumah itu untuk ngebenerin stiker listing yang salah, bapaknya ngulangin wejangannya yang tadi dengan muka serius

R : Jangan lupa ya mbak, cari cowok Lampung
A : Hahaahaha
R : lho beneran ini. Pokoknya kalo udah selesei PKL nya, mampir dulu ke rumah ini lho mbak
A : Eee, hehehehe
R : jangan lupa kesini lho mbak
A : eee, iya pak
R : beneran kesini ya mbak
A : eeee *kabuuuuuuur

Duh ni bapak ngebet banget nyuruh aku nyari cowok Lampung. Dan pas aku cerita sama Risky, komentarnya dia adalah "Itu sih bapaknya pengen ngejodohin kamu sama anaknya" Ampuuuuuuun, jangan lah ya paaaak.

Ada juga anak kecil yang lucu banget. Aku ngetuk-ngetuk salah satu pintu rumah responden, tapi nggak ada yang buka. Tiba-tiba ada anak kecil umur 3 tahun yang entah dateng darimana ngajak ngomong aku.

Bocah : Ayu bobok..
Aku : Ayu? Mbak nggak nyari Ayu, mbak nyari bapaknya.
B : Bapak di ladang
A : Kok kamu tau? rumahmu dimana?
B : Disitu *nunjuk rumah yang mau ku listing*
A : Oooh, ini rumahmu ya. Jadi yang dirumah adanya siapa?
B : Adanya Ayu.
*wah kalo yang namanya Ayu udah gede, bisa lah ya ngelistingnya sama Ayu*
A : Ayu besarnya seberapa?
B : Emm, se-kamu *nunjuk aku*
A : Oh, panggilin Ayu dooong
B : Ayu nya bobo
A : Yaaah, ya udah deh ntar mbak kesini lagi yaaa

Sorenya, entah dateng dari mana, tiba-tiba bocah itu muncul lagi di depan rumah yang berbeda dan langsung mendekat, ngajak ngomong aku lagi.

B : Ayu nya udah bangun
A : Oh, udah bangun yaa? Hahaa, okee deeeh

Dipikir aku temen kakaknya apa yaaa haha :v

bocah berumur 3 tahun, yang setelah didata ketauan namanya, Rere :)

***

23 April 2014 - Listing Hari Kedua

Hari ini kita berangkat lebih pagi, jam 7. Kali ini aku ditemenin sama kak Ray, jadi nggak ngebolang sendirian lagi. Sekarang gilirian Nia yang ngebolang mehehe.

Listing hari kedua, lumayaaaan, dapet 32 rumah tangga. Jadi total ada 69 rumah tangga. Ada yang sekali duduk langsung dapet 4 rumah tangga karena mereka lagi ngumpul. Jadi lebih cepet.

Ada beberapa cerita di listing hari kedua. Ada responden yang curhat, sampe responden itu bilang kalo ceritanya dibikin sinetron pasti seru sekali, hahaha, bapak ni kebanyakan nonton sinetron kayaknya. Ada juga responden yang nggak mau ditemui, akhirnya yang bisa ditemui cuma anaknya. Eh, pas kita udah selesai ngedata, temen si bapak itu dateng, naik mobil. Giliran temennya yang dateng aja mau keluar. Yang lebih ngeselin lagi itu pas temen si bapak ngeliatin kita nempel stiker listing (stiker tanda rumah itu udah dilisting), temen bapak itu langsung komentar "Ini PKL? kalo kayak gitu doang sih anak TK juga bisa. kalo saya sih biasanya saya suruh bikin profil Lampung" dengan nada sok ye banget. Aku sama kak Ray shock dikatain gitu.

Aku : Eee, ini juga mau analisis potensi sektor informal Lampung gitu kok pak, tapi ini baru ngumpulin data dulu, nanti dipilih 15 sampel untuk pertanyaan detil nya. Statistik gitu pak.
Teman Responden : Iya, saya juga statistik *lalu masuk ke dalam rumah dengan sok ye banget*

Anak TK? Anak TK? HAHAHA. Basing lah pak.

Ngomongin "basing", ada yang tahu arti dari kata ini?

A : Bu, boleh ijin nempel stiker ya bu, buat tanda kalo udah didata.
R : Oh sillahkan mbak
A : Tempel dimana ya bu?
R : Basing mbak
A : Eee, di pintu?
R : Basing mbaaak
A : Di jendela?
R : Basing mbak, basing
A : Eee, maaf bu, basing itu apa ya?
R : Oalah, nggak tau ya. basing itu terserah mbak
A : ...

Ada juga responden yang suka lupa umur, jangankan umur istri, anak, atau orang tua, umurnya sendiri aja lupa.

A: Umurnya berapa pak?
R : em, 30 lah mbak
A : Kelahiran tahun berapa pak?
R : eeem, 1976 mbak
A : lah, kalo gitu berarti umur bapak 38 tahun paaaak
R : lhoh, iya ya? wah, saya udah tua ya ternyata
A : ...

Ada juga kejadian dimana responden nyeritain pengalaman pahit desa ini beberapa tahun silam yang masih jadi luka menganga bahkan sampai detik ini. Sebenernya sih aku udah denger cerita ini dari Risky (Risky dapet cerita ini dari salah satu respondennya), tapi baru kali ini aku denger langsung dari responden. Jadi begini, dulu ada begal (semacam perampok, dari orang pribumi) di desa ini yang ketangkap masa. Di hajar masa deh tu begal, sampai kritis, hingga akhirnya mati. Nah odongnya, ada warga yang-video-in kejadian ini, dan odongnya lagi video ini kesebar sampai ke tangan pribumi. Orang pribumi nggak terima, diserang deh desa ini. Kaca-kaca rumah di pinggir jalan dipecahin semua, rumah pak Lurah dibakar, warga pada sembunyi di sawah. Mereka jadi trauma. Sejak itu nggak ada yang berani sama begal. Pernah ada warga yang dibacok begal di depan banyak orang, tapi nggak ada satupun yang berani nolongin, karena kalo ada yang nolongin, malemnya rumah si penolong akan dibakar. Ngeri ya? Makanya saat kak Ray ngebiarin motornya hidup dan ditinggal untuk masang stiker, ada salah satu responden yang nasehatin tapi dengan suara agak keras, kak Ray sampai kaget, dikira dia dimarahin hahaha. Lucunya lagi, nggak lama setelah itu Risky dateng. Responden tadi langsung manggil Risky, lalu nasehatin Risky panjang lebar dengan semangat 45. Risky cuma diem aja, pasang ekspresi datar. Aku nggak kuat nahan ketawa, sampai akhirnya aku bilang "maaf, pak, temen saya ini orang Kalimantan, nggak bisa bahasa Jawa, jadi nggak ngerti apa yang Bapak sampaikan" muahahahaha.

...


***

24 April 2014 - Listing Hari Ketiga

Hari ini aku bawa motor sendiri. Kak Ray nemenin Risky karena bloknya Risky masih kurang banyak. Penduduknya susah banget ditemuin. Sedangkan Nia lagi-lagi jalan kaki sendirian di Ono Harjo, mehehe. Padahal daerahnya Nia yang paling panas karena jarang pohon. Untungnya dia punya bapak baru disana (belum apa-apa udah ada aja yang mau ngangkat Nia jadi anak, luar biasa emang hahhaha), jadi kalo capek bisa lah ya mlipir-mlipir ke rumah bapak angkat.

Listing hari ini ada beberapa cerita. Ada responden yang ramah banget. Kita udah ngobrol ngalor ngidul sampai tibalah kita pada suatu percakapan...

R : mbak, nyensusnya di dusun mana aja? dusun 7 aja?
A : bukan bu, dusun 6 RT 6 aja
R : lho, aku ini dusun 7 RT 1 lho mbak
A : lhoh, ibu masuknya dusun 7 ya? bukan dusun 6??? *panik*

Bergegas ngecek stiker sensus penduduk, dan ternyata bener, dusun 7 RT 1, BS 021B, padahal wilayah blok sensusku itu 020B. Matiiii.

R : lho, rumah belakang ibu masih dusun 6 lho bu, ini di peta juga masih dusun 6.
A : iya, yang belakang emang masih dusun 6. tapi mulai dari rumah saya, sampai 5 rumah kesana itu udah ngikut dusun 7. Baru rumah ke 6 itu yang dusun 6. Pokoknya diantara rumah ke-5 sama rumah ke-6 ada rawa. Nah rawa itu batasnya.

Oh my Gooooood, bisa-bisanya ada 5 rumah nyempil di dusunku. Untung tadi kita ngobrol, kalo nggaaaaak, bisa salah listing ini.

...

Hari ini aku ketemu sama responden yang kerjaannya menjual biji coklat yang udah kering. Ah akhirnya bisa tahu bentuk buah coklat itu kayak apa. Tapi sayangnya buah coklatnya belum matang, jadi nggak bisa ngerasain deeeh.



...

Listing hari ini lumayan santai, jam 11 udah kelar muterin 1 blok sensus. Tapi masih ada 4 rumah yang non respon.

Rumah pertama bener-bener nggak bisa didata karena bapaknya baru aja meninggal.

A : permisi pak, ini saya sedang PKL, mau nyensus untuk tugas kampus.
R : maaf mbak, bapak baru meninggal *sambil mengusap air mata* *kemudian pergi*

Speechless. Pelan-pelan mundur ke belakang.

Baru mau naik motor tiba-tiba ada warga yang datang ke rumah itu mau beli sesuatu (ada warung di rumah itu).

Ibu X : Yah warungnya tutup
A : Iya bu, baru ada yang meninggal
Ibu X : Hah? Kata siapa? Kok saya nggak tahu? Nggak ada pengumuman tuh.
A : Eee, kayaknya meninggalnya baru aja bu. Tadi ketemu sama pemilik rumah dan beliau bilang kalo bapaknya baru aja meninggal.
Ibu X : Hah? Beneran? Coba saya cek

1 menit kemudian

Ibu X : Bener nak, ada yang meninggal. Malah kamu duluan yang tahu, saya aja tetangganya baru tahu.
A : ....

 5 menit kemudian

"assalamualaikum, wr, wb. telah meninggal dunia ......" terdengar suara pengumumuman berita duka. Speechless. beneran nih aku orang pertama yang tahu? Oh my God why ....

Rumah kedua, ketiga, dan keempat sama-sama susah ditemui. Dari kemarin bolak-balik ke rumah mereka, tapi nggak pernah ada orang. Di sawah semua. Ternyata eh ternyata, mereka itu satu geng. Kerja di sawahnya bareng. Jadi kalo salah satu dari 3 responden itu ada di rumah, maka yang dua juga di rumah semua. Tapi kalo salah satunya nggak ada, bisa dipastikan yang lain juga nggak ada di rumah. Berhubung hari ini ada berita duka, jadi mereka pulang lebih awal. Alhasil sorenya bisa ketemu sama mereka. Dan kalian tahu? 1 dari 3 responden itu adalah Pak RT. 3 hari bolak-balik kesini mau minta ijin, tapi nggak pernah ada orang. Pada akhirnya malah pak RT yang paling susah ditemui, malah pak RT yang jadi responden terakhir -____-

Dan akhirnyaaaa, alhamdulillah listing 1 blok sensus udah khatam. Total ada 88 rumah tangga yang terdata di Dusun 06 RT 06, Desa Nambah Dadi. Bahagiaaa ~

kuesioner listing. harta benda paling berhargaaaa, saat itu.
Lalu bagaimana nasib Nia dan Risky?

Tadi sempet nemenin Nia ke blok sensusnya, dan udah beres juga. Sempet foto selfie juga di pinggir sawah sambil nungguin Nia ngelisting. 5 menit kemudian ada pak Tani yang keluar dari sawah dan bilang "Mbak, kalo foto itu yang difoto sawahnya, jangan jalannya". Aduuuuuh, malu bingit ketauan selfie. Padahal tadi udah tengok kanan tengok kiri nggak ada orang, ternyata aku foto selfie gini keliatan ya dari ujung sawah sana? alamaaaaak, malu T.T

Nah kalo si Risky, masih banyak yang harus revisit. Dari kita bertiga, jumlah rumah tangga yang paling banyak itu di blok sesusnya Risky, ada lebih dari 100, dan mayoritas ada di rumah kalo malam hari. Jadi susah ditemuin. Niatnya malam ini Risky sama kak Ray mau nekat nrabas jam malem untuk nyelesain listing, tapi berhubung mati lampu, apa dayaaaaa. Untung di rumah pak Kesmi ada jenset, jadi kita tetep bisa nonton chibi masruko chan ngoreksi kuesioner listing dan ngegambar rumah-rumah di peta. Adapun kak Ray, kesibukannya sebagai kortim...baru dimulai malam ini ----> narik sampel!

Biarkan kak Ray bersenang-senang dengan sampel, sekarang saatnya ngebenahi peta!  Dan em em em.. setelah dilihat-lihat, dipikir-dipikir, duh, penderitaan belum berakhir. Seriusan bingung mau gimana nggambarnya. Karena ada tambahan gang baru, jadi space untuk ngegambar rumahnya makin sempit. Gimana caranya ngegambar 9 rumah di dalam garis selebar 1 cm?? Ah seriusan stres banget. Jangankan kotak-kotak, titik-titik aja kagak muat -___- Tauk ah. Bodok.

 

...

Hari ini kita begadang, nungguin kak Ray ngambil sampel nggak selesei-selesei. Si Risky yang tadinya nonton chibi maruko chan sekarang giliran dia yang ditonton chibi maruko chan. Jam setengah 2 malem baru selesei ambil 15 sampel untuk blok sensusku. Aturan habis ini kita masih harus belajar kondef pencacahan, tapi mata udah nggak kuat, bantal udah melambai-lambai. Apa yang akan terjadi besok, ya biarlah terjadi besok. Intinya sekarang kita mau tidur. Titik.

Bersambung...